Tragedi di Tengah Malam: Pertikaian Berujung Kematian
Sebuah tragedi memilukan terjadi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Seorang pemuda berusia 23 tahun, yang dikenal warga sebagai sosok ramah dan pendiam, ditemukan tewas bersimbah darah di sebuah gang sempit di Kecamatan Tallo. Korban diduga tewas akibat ditikam oleh tetangganya sendiri dalam insiden yang dipicu oleh hal sepele: tersenggolnya gelas minuman keras saat pesta kecil berlangsung.
Kejadian ini sontak menggegerkan warga setempat. Banyak yang tak percaya bahwa peristiwa berdarah itu terjadi hanya karena kesalahpahaman kecil yang seharusnya bisa diselesaikan secara damai. Perkelahian yang awalnya hanya berupa adu mulut mendadak berubah menjadi tragedi ketika pelaku mengeluarkan senjata tajam dan menyerang korban secara brutal.
Insiden ini kembali memunculkan kekhawatiran mengenai maraknya peredaran minuman keras di permukiman warga dan lemahnya pengawasan atas potensi konflik sosial di kawasan padat penduduk.

Kronologi Kejadian: Dari Gelas Tumpah Hingga Nyawa Melayang
Pesta Miras Kecil-Kecilan
Menurut keterangan sejumlah saksi, kejadian bermula pada Sabtu malam sekitar pukul 23.30 WITA. Sekelompok pemuda tengah berkumpul di sebuah rumah di Lorong 7, Kelurahan Kalukuang, untuk menikmati minuman keras bersama. Di antara mereka terdapat korban, Rian, dan pelaku yang belakangan diketahui bernama Ijal.
Suasana awalnya cukup akrab. Mereka tertawa, bercengkrama, dan memutar musik dari speaker kecil. Namun, suasana berubah menjadi tegang ketika Rian secara tidak sengaja menyenggol meja kecil yang digunakan untuk meletakkan botol dan gelas. Salah satu gelas berisi miras milik Ijal pun jatuh dan pecah di lantai.
Cekcok dan Amarah yang Membara
Ijal, yang sudah dalam keadaan mabuk, langsung naik pitam. Ia merasa tidak dihormati, menganggap Rian sengaja menyenggol meja. Rian sendiri berulang kali meminta maaf dan menjelaskan bahwa itu tidak disengaja. Namun, emosi Ijal tak terkendali.
Pertengkaran pun meletus. Warga yang mendengar keributan mulai berdatangan, tetapi mereka mengira itu hanya pertengkaran biasa yang akan segera reda. Beberapa teman mereka mencoba melerai, namun Ijal justru meninggalkan lokasi pesta dan kembali dengan membawa senjata tajam berupa badik.
Penikaman Maut
Pemuda – Tanpa banyak kata, Ijal langsung menikam Rian di bagian perut dan dada. Rian terjatuh seketika, darah mengucur deras dari tubuhnya. Saksi mata menyebutkan bahwa Rian sempat berusaha berdiri dan meminta tolong, tetapi nyawanya tak tertolong.
Pelaku langsung melarikan diri setelah kejadian, sementara teman-teman korban mencoba memberikan pertolongan pertama. Rian sempat dilarikan ke Puskesmas terdekat, namun dinyatakan meninggal dunia dalam perjalanan.
Reaksi Warga: Antara Marah dan Tak Percaya
Suasana Berkabung dan Ketakutan
Pemuda – Keesokan paginya, suasana duka menyelimuti rumah keluarga korban. Ibu Rian terus menangis histeris, tak percaya anak lelakinya yang dikenal penurut itu tewas secara tragis. Tetangga berbondong-bondong mendatangi rumah duka untuk menyampaikan belasungkawa dan memberikan dukungan moral kepada keluarga.
Warga sekitar juga mengaku takut dan khawatir dengan potensi konflik lanjutan. Beberapa warga bahkan menyatakan trauma dan tidak berani keluar malam setelah kejadian itu.

Pernyataan Tokoh Masyarakat
Pemuda – Ketua RT setempat, H. Andi Baso, menyatakan bahwa selama ini Rian dikenal sebagai pemuda yang tidak pernah terlibat masalah. Ia mengecam keras tindakan kekerasan yang dilakukan oleh Ijal.
“Ini sudah di luar batas. Persoalan kecil diselesaikan dengan pembunuhan. Ini bukan budaya kita. Kami berharap pelaku segera ditangkap dan diadili seadil-adilnya,” ujarnya.
Proses Hukum: Polisi Bergerak Cepat
Identitas Pelaku Diketahui
Pemuda – Polsek Tallo langsung bertindak cepat dengan menggelar olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memintai keterangan sejumlah saksi. Dalam waktu 24 jam, identitas pelaku berhasil dikantongi. Polisi kemudian melakukan pengejaran intensif karena pelaku diduga melarikan diri ke luar kota.
Kapolsek Tallo, Kompol Bagus Satriawan, menyatakan bahwa pihaknya telah mengerahkan tim khusus untuk memburu pelaku. Ia menegaskan bahwa pelaku akan dijerat dengan Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
Penangkapan Pelaku
Pada hari ketiga pasca kejadian, pelaku berhasil ditangkap di sebuah rumah kerabatnya di Kabupaten Maros. Ia tidak melakukan perlawanan saat ditangkap, namun terlihat menyesal dan syok.
Dalam pemeriksaan awal, Ijal mengaku tidak sadar bahwa perbuatannya akan berujung pada kematian korban. Ia berdalih sedang dalam pengaruh alkohol dan emosi sesaat. Namun, polisi menegaskan bahwa membawa senjata tajam dan menggunakannya secara mematikan tidak bisa dibenarkan.
Miras dan Kekerasan: Kombinasi Mematikan
Kasus Berulang di Indonesia
Kasus pertikaian yang berujung maut akibat pengaruh alkohol bukan hal baru di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, tercatat banyak insiden serupa yang diawali dengan pesta miras dan diakhiri dengan kekerasan.
Pakar kriminologi Universitas Hasanuddin, Dr. Suriadi, menyebut bahwa miras sering kali menjadi pemicu utama keributan di lingkungan sosial masyarakat menengah ke bawah.
“Alkohol menurunkan kemampuan berpikir logis. Kombinasi antara konsumsi miras, lingkungan sosial yang bising, dan emosi yang mudah terpancing sangat rentan menciptakan konflik fisik,” katanya.
Pengawasan Minim dan Edukasi Lemah
Lemahnya pengawasan terhadap peredaran miras di lingkungan permukiman juga menjadi sorotan. Banyak warga yang bisa dengan mudah membeli dan mengonsumsi miras, bahkan di usia muda. Sementara itu, edukasi tentang bahaya konsumsi alkohol masih kurang menyentuh ke level masyarakat akar rumput.
Lurah Kalukuang menyatakan bahwa pihaknya akan memperketat patroli dan melakukan razia terhadap warung-warung yang menjual miras secara ilegal. Namun, upaya ini dinilai belum cukup tanpa partisipasi aktif masyarakat dalam mencegah peredaran miras dan menjaga ketertiban lingkungan.
Solusi dan Harapan: Mencegah Tragedi Terulang
Peran Keluarga dan Lingkungan
Pencegahan kasus serupa di masa depan membutuhkan peran serta dari keluarga, lingkungan, dan aparat. Orang tua diharapkan lebih peduli terhadap aktivitas anak-anak mereka, terutama di malam hari. Lingkungan juga perlu membangun budaya saling mengingatkan dan peduli.
Forum warga yang aktif dan RT-RW yang peka terhadap potensi konflik sosial dapat menjadi kunci dalam menciptakan komunitas yang aman dan harmonis.
Penguatan Regulasi dan Penegakan Hukum
Di sisi lain, pemerintah daerah dan kepolisian harus bersikap tegas terhadap peredaran miras ilegal. Razia rutin dan pemberian sanksi keras kepada penjual ilegal bisa menjadi deterrent yang efektif. Selain itu, penegakan hukum atas kasus-kasus kekerasan seperti ini harus transparan dan memberikan keadilan bagi korban.
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) juga menyatakan bahwa negara wajib hadir dalam menciptakan lingkungan aman bagi warganya, termasuk dari ancaman kekerasan akibat konsumsi alkohol yang tak terkendali.
Kesimpulan: Nyawa Melayang karena Amarah Sesaat
Kematian Rian di Makassar adalah sebuah tragedi yang menyayat hati. Hanya karena insiden kecil, seorang pemuda harus kehilangan nyawanya, keluarga kehilangan anak tercinta, dan masyarakat kehilangan rasa aman.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa kekerasan bukan solusi. Emosi yang tak terkendali, ditambah pengaruh alkohol, bisa menciptakan malapetaka. Semua pihak — keluarga, masyarakat, dan pemerintah — perlu bahu membahu agar tragedi semacam ini tidak terulang.
Rian mungkin sudah tiada, tapi kisahnya harus menjadi pelajaran berharga agar tidak ada lagi anak muda yang tewas sia-sia karena kesalahpahaman dan kemarahan sesaat. Saatnya semua pihak bertindak, sebelum luka sosial semakin dalam dan tak tersembuhkan.